Bismillahirrahmaanirrahiim
"Wa mayya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah"
Ketika manusia ada di era agriculture, dzarrah diterjemahkan sebagai biji sawi. Biji sawi memang bukan yang paling kecil, tapi ia ringan. Berikutnya, ketika manusia masuk jaman fisika, para khatib menggunakan atom sebagai terjemahan dzarrah. Mungkin neutron lebih kecil, tapi atom adalah bangunan yang lengkap. Sekarang, di era teknologi informasi, orang yang di sekolah belajar dengan laptop dan internet, ketika harus berceramah mungkin akan menggunakan terminologi byte untuk menjelaskan dzarrah.
Ambil contoh kebaikan yang muncul dalam suatu komunikasi. Ketika seseorang mengatakan 1 hal yang baik berdurasi 1 menit, ia dihitung mengirim ke lawan bicaranya data audio dalam ukuran 10 megabyte. Kalau catatan kebaikan itu dikompresi dengan teknologi sekarang menjadi format mp3 atau ogg yang membuang 'noise' pada grafik osciloscope, maka ukurannya turun menjadi 100kb. Beda lagi kalau catatan kebaikan ini 'dilewatkan cahaya' (Malaikat Atid) untuk dipindahkan ke buku catatan amal, mungkin ia dikompresi dulu sehingga ukuran-(transfer-vertikal)-nya benjadi 1 byte saja. Nanti, kalau buku catatan ini dibuka kembali, ia di-uncompress dulu sehingga noise-nya bisa dilihat kembali persis aslinya: 10 megabyte. Tanpa ada 'noise' yang berkurang atau bertambah.
Apakah benar begitu? Ya Wallahu a'lam. Hanya saja, begitu kira-kira jaman akan terus menerjemahkan setiap kata di kitab yang terjaga.
No comments:
Post a Comment