wkt kecil, kt 'dididik' bhw happiness adalah kekayaan dan kehormatan atau fame. itu tertanam dr cerita2 klasik mulai cinderella dan para penghuni istana. dlm cerita modern sama: filem in search of happiness jg bertutur begitu. seberapa jauh kebenarannya, yg jelas miskin/kaya sama2 merasakan bahagia & sedih. org kaya mgk tdk bs merasakan bahagia wkt bs beli moge paling gedhe & paling apa saja. smtr org miskin mgk bs berucap 100 alfatihah krn mampu beli motor butut yg paling butut. tp sy bkn sosial scientist so bhsannya tdk kesana.
sains mengenali bhw semua aktivitas manusia terkait dengan aktifitas otak. otak bukan hamya prosesor dan RAM dan hard disk sekaligus, tapi ia juga printer skala mikro disamping printer skala penuh seperti tangan dan kaki. maka setiap manusia bergerak, ia memberi input ke otak dan otak merespon dengan kerja prosesing, menyimpan sementara dan menyimpan permanen dan menstrukturkan informasi.
printer kecil otak adalah organ kecil yang memproduksi berbagai hromon. hormon diproduksi sebagai respon dan sebaliknya merespon stimulus. dalam taraf ini, happiness juga terkait dengan produk hormon. paling tidak, ada 3 hormon terkait dengan happiness: endorphin, dopamin dan oksitosin.
endorphin muncul ketika orang melakukan aktifitas fisik seperti olah raga. maka, anak2 yg aktif selalu tampak bahagia. begitu pula orang yg sedang atau sesudah jogging atau bersepeda. kelelahan stlh olah raga tdk berarti thd rasa bahagia ini karena kelelahan adalah karena timbunan asam laktat di otot yang mentrigger tubuh utk istirahat.
dopamin lebih permanen. yang paling sering adalah pada remaja. dopamin, instilah populernya dope, juga banyak diproduksi diluar tubuh dan banyak digunakan dalam anestesi. ia juga menimbulkan kecanduan. persis seperti remaja yg sedang mabuk asmara.
oksitosin lebih permanen lagi. ia muncul pada pasamgan suami-istri yang sidah lama menikah dan merasakan keamanan dengan pasangannya. bahagia dalam dimensi ini mungkin yang dalam bahasa agama disebut mawaddah wa rahmah. dalam bahasa puisi ia berupa frasa "nothing can come between us no more", yang bukan sbg janji 2 pasangan yg sdg mabuk asmara, tp sbg buah dari cinta yg sdh teruji dgn berbagai persoalan.
kalau happiness dibawa ke ranah spiritual, maka hasilnya akan beda. yg paling hepi mgk para sufi yg tlh mampu menikmati ibadah & ujian, yg bagi org awam terasa berat bahkan menyiksa. lha yg ini hormonnya apa, aku gak tahu. sptnya blm pernah ada yg menelisik.
jadi, mana happiness yg kita cari?
Sebenarnya tulisan ini asyik.Yang mengurangi keasyikannya, terlalu banyak kata disingkat, terlalu banyak kata yang salah ketik.
ReplyDeleteBuat yang awam soal sains, seperti saya, salah ketik akan sangat membingungkan. Yang membaca tak semata-mata sekedar mencerna tulisan ini, tetapi juga sekaligus --disaat yang sama harus memilah-- apakah ini hanya salah ketik, atau memang istilah dalam sains?
Mohon maaf, diketik dengan touchpad sambil nunggu giliran terima rapor, Bu. Kalau tidak disingkat dan sibuk menyempurnakan salah ketik, sering kali flow idenya jadi kurang bagus.
DeleteSaya agak malas merevisi, jadi bila ada yang kurang jelas, silahkan dikomentari. Mudah-mudahan bukan 'semuanya.
Saya berharap ada kesempatan lagi untuk menulis ulang dengan tambahan referensi pula agar lebih valid.
Terima kasih komentarnya.