Bila mudik itu tidak diijinkan, tapi pulang kampung (for good) diijinkan.
Sudah lama kota itu diisi oleh keunggulan orang-orang kampung. sedang orang yang lahir di kota, ya mempunyai budaya kota yang tidak alami dari sisi geografi alamnya. tidak memiliki mimpi tentang alam yang hijau tempat dia lahir atau kembali ke rumah, setelah generasi orang tuanya di kampung nanti berpulang. bayangkan bila keumuman orang yang lahir di kota dibentuk dengan mentalitas untuk sibuk berebut menumpuk rejeki sesibuk serigala lapar yang mengumpulkan makanan didalam kulkas raksasa perbankan. sedang di kampung orang diasuh oleh alam untuk berotot dan berempati.
Andaikan misalnya Allah ingin agar orang-orang yang dipersiapkan untuk masa depan itu terlanjur pindah ke kota, maka pandemi ini bertugas untuk mengembalikan orang yang terlanjur pergi itu untuk pulang kampung sembari menunggu panggilan yang sesungguhnya.
Sedangkan orang kota hanya bisa berdiam diri menunggu malaikat maut dengan emblem corona. menyisakan siapa yang masih dipilih untuk disisakan menghadapi episode berikutnya.
Mengapa pula meninjau dari sisi geografi? karena sejak adanya server-server besar yang cepat dan accessible seperti google earth, Allah telah menjadikan geografi embedded dalam kehidupan sejak generasi anak-anak di era smartphone.
Bacaan berikut relevan dan merangkum banyak studi:
" Geographical tracking and mapping of coronavirus disease COVID-19/severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) epidemic and associated events around the world: how 21st century GIS technologies are supporting the global fight against outbreaks and epidemics "
" Geographical tracking and mapping of coronavirus disease COVID-19/severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) epidemic and associated events around the world: how 21st century GIS technologies are supporting the global fight against outbreaks and epidemics "
No comments:
Post a Comment