Hisab sore 30 Sya'ban dengan Kstars |
Hisab sore 29 Ramadhan dengan Kstars |
Alhamdulillaahi rabbil aalamiin, wa bihi nashtaiinu alaa umuuriddunyaa waddiin, wa sholallaahu alaa sayyidinaa Muhammadin wa alaa aalihii wa azwajihii wa dzurriyyatihii wa shahbihii ajmaiin
"Mengammbil dalil yang paling shahih" itu bukan berasal dari Alqur'an maupun hadits shahih, maka prinsip/metode/pendekatan itu tidak bisa diposisikan lebih tinggi dari dalil itu sendiri.
Pada penentuan awal bulan (Ramadhan dan Idul Fitri), kita orang Indonesia biasa berselisih (atau saling mengedukasi) mengenai hal ini. Dari beberapa sidang isbat yang disiarkan secara langsung, kita tahu bahwa perbedaan itu ternyata hanya antara Muhammaddiyah di satu pihak dengan Ormas Islam lain plus LAPAN dan Observatorium Bosscha di pihak lainnya.
Kalau menurut saya yang suka mainan modeling (paper tentang risiko banjir Jakarta 2030 dan 2050 submit bulan lalu di NHESS, mohon doanya), yang namanya model itu adalah alat sedang kondisi sebenarnya ya nunggu nanti tahun 2030 dan 2050. Termasuk juga kondisi presipitasi, kenaikan muka air laut, tata guna lahan, dan land subsidence yang tumplek bleg di paper itu. Prediksi itu bukan tidak berguna, karena bisa digunakan pada tahun 2015 untuk perencanaan saja.
Kalau toh prinsip modeling itu cocok dengan prinsip telaah tafsir tentang awal dan akhir puasa, ya mestinya yang diikuti tetap para profesional yang mendalami ilmu tafsir Alquran (please note, ayat puasa sudah ada khusus) dan ilmu hadits (tentang puasa Ramadhan juga, karena sudah jelas). Urutan berikutnya adalah ilmu alatnya yaikni ilmu falak yang menelorkan hisab. Modeling sendiri disini hanya numpang beken, karena tidak profesional dalam studi agama.
Bukankah yang paling berhak menafsiri ayat (puasa) adalah kanjeng Nabi saw dengan haditsnya?
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment