Oct 2, 2011

Mengusir tikus di rumah secara alami

Kembali ke rumah setelah hampir 3 pekan mudik lebaran ternyata punya dampak baik juga untuk rumah. Tikus yang biasa menjadikan dapur sebagai tempat berburu tidak tampak lagi. Hanya tersisa 1 jejak ajaib: kantong plastik minyak goreng 1 liter yang disimpan di lemari bolong besar dibawah tanpa ada bekas sisa minyak. Sepertinya itu makanan terakhir bagi si Tik. Sebelumnya, repot banget ngurusin sisa makanan di meja dan di tempat sampah.

Jadi gatel nulis tips mengusir tikus secara alami:
  1. Keluarkan semua sampah (ada sisa makanan atau pun tidak) keluar rumah, karena dia akan jadi habitat berburunya tikus. Tempat sampah diluar rumah juga lebih mudah dijangkau kucing, sehingga tikus relatif tidak bisa merajalela karena pertumbuhannya tidak sempat meledak karena kelebihan stok makanan.
  2. Yang diatas, tidak menjamin tikus tidak masuk dapur. Hidung tikus yang 'lancip' akan menarik bau makanan yang tersimpan di lemari (uh oh, kebalik, ya). Solusinya, simpan semua makanan jadi didalam kulkas. Belum ada, kan, tikus yang menggerogoti pintu kulkas karena 'kebocoran' bau makanan?
  3. Memelihara kucing didalam rumah juga sangat efektif. Untuk mengatasi bau kotoran, siapkan wadah dengan abu gosok atau pasir. Jangan mengeluh karena ia memberi jasa yang besar*.
  4. JANGAN membunuh tikus dengan racun, karena akan membunuh/mengusir kucing dan merusak rantai makanan.
* Berdasar riset Downey dan Ellis (2007) "Tails of animal attraction: Incorporating the feline into the family", pada masa sekarang, tujuan memelihara kucing di rumah terutama untuk keperluan perbaikan psikologi manusia dan sedikit untuk mengontrol populasi tikus.

Beberapa riset menghubungkan antara munculnya alergen karena kehadiran kucing di rumah, tapi saya kira itu bukan alasan untuk mengusir kucing dari rumah. Kecurigaan dunia ilmiah terhadap kemunculan alergi pada manusia bukan karena adanya alergen, tapi karena kebiasaan "pola hidup bersih" yang menjadi ciri utama masyarakat kota, dimana kasus alergi paling banyak muncul. Bahkan tinjauan National Geographic menggunakan kata virtually nonexistent terkait kasus alergi di daerah pedesaan Afrika dan Amerika. Hal diatas bertumpu pada konsepsi dasar alergi sebagai respon antibodi yang berlebihan terhadap suatu materi (alergen) yang diduga berbahaya, karena "terbiasa bersih".

Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment