Nov 16, 2009

The Science of Love: ngapain kawin!

Dulu, sebelum 30, nggak berani kawin karena merasa miskin.
Lewat 30, karena punya duit dan suka nongkrong di cafe karena merasa perlu melepas penat dengan secangkir espresso, jadi punya banyak teman. Maka aku menolak lembaga perkawinan karena tidak menjunjung tinggi kebebasan.
Maka pula, karena kebiasaan 'mencari literatur', orang yang nyinyir soal statusku juga terkapar karena kalah argumentasi, meskipun anaknya sudah 6.
Lewat 35, aku berpikir: there must be something kenapa Rasul menyuruh menikah.
Sekarang baru tahu, menikah itu dalam bahasa manajemen --lebih dari sekedar-- "keterpaksaan artifisial". Karena menikah adalah palu godam 20 ton untuk memperbaiki diri!
Aku nggak ngomong enak-nggak enaknya. Karena enak ya hidup, nggak enak ya hidup. Sama aja, yang penting hidup. Lebih bagus kalau hidup itu jadi lebih hidup!
Hidup!!!

No comments:

Post a Comment